By saibumi.id
on Mon Feb 06 2023
SEMARANG – Tawuran pelajar marak lagi di Jawa Tengah. Meskipun sudah ada korban jiwa, dan sejumlah pelajar ditangkap polisi, masih saja terjadi tawuran.
Pihak sekolah maupun Dinas Pendidikan sudah getol mencegah agar tidak terjadi tawuran, mengancam siswa dikeluarkan dari sekolah, dan lain-lain.
Tapi tetap saja terjadi tawuran, tidak hanya di Kota Semarang, namun juga ada di daerah lain di Jawa Tengah. Padahal polisi juga sudah patroli dan mengantisipasi agar tidak ada tawuran. Tribun Jateng menelusuri sebab musabab pelajar tawuran, motif, dan dari mana mereka memperoleh senjata tajam yang digunakan untuk tawuran.
Kapolrestabes melalui Kabagops Polrestabes Semarang, AKBP Albertus Recky Robertho, mengatakan pengawasan tidak hanya dilakukan oleh satu pihak saja. Tapi harus bersama-sama, termasuk dengan pihak keluarga siswa.
“Langkah normatifnya kami bersurat ke dinas dan sekolah. Agar sama-sama mengawasi siswanya. Kami juga seringkali mendatangi sekolah-sekolah yang sering terlibat tawuran untuk diberikan sosialisasi dampak tawuran,” jelasnya.
Pada jam-jam tertentu terutama jam pulang sekolah, pihak kepolisian juga rutin melakukan patroli. Termasuk patroli di beberapa ruas jalan yang kerap digunakan untuk ajang balap liar.
“Dari satuan Lantas dan Sabhara juga terus patroli di jam tertentu. Polsek-polsek juga kami minta untuk rutin memberikan motivasi ke sekolah-sekolah agar tidak terjadi lagi tawuran,” tambah Recky.
Seringkali para pelajar yang tertangkap tangan melakukan tawuran menggunakan senjata tajam. Tentu polisi tidak bisa tinggal diam, karena sudah menyangkut hukum pidana.
“Kalau ketemu yang bawa sajam (senjata tajam) pasti kami tindak tegas. Tapi biasanya pihak sekolah meminta penangguhan. Karena statusnya masih pelajar dan demi masa depannya. Pihak sekolah mengajukan pembinaan saja. Antar sekolah yang terlibat juga sudah kami mediasi,” tegasnya.
Tak jarang ada saja pelajar yang kedapatan dua kali tertangkap tangan saat melakukan tawuran. Tentu hal itu membuat pihak kepolisian harus bertindak tegas.
“Sekolah juga harus tegas terhadap siswa yang seperti itu. Walaupun nanti jadi polemik lagi kalau dikeluarkan. Nanti tidak bisa sekolah dan susah cari kerja. Tapi apapun itu memang harus ditindak tegas,” ujarnya.
Dari pengamatan Recky, pelajar yang tawuran didasari atas aktualisasi diri dengan kondisi mental yang masih labil. Para pelajar ingin dianggap jagoan di sekolahnya maupun di mata siswa sekolah lain.
“Ada juga karena terpengaruh provokasi alumni. Biar sekolah itu tetap mendapatkan cap yang paling ditakuti. Itu alumninya bukan yang lanjut kuliah. Biasanya yang nggak jelas juga. Bisa juga karena olok-olokan di jalan. Sepele memang. Apa ada tawuran yang berkelas,” ungkapnya.
Meniru di Medsos
Ketua Tim Elang Utara Polsek Semarang Utara, Aiptu Agus Supriyanto menyampaikan bahwa terkadang para pelajar ini melakukan tawuran karena meniru aksi tawuran di media sosial.
“Niru (konten tawuran di medsos) mungkin bisa iya, yang jelas karena ejek-ejekan di medsos itu, berawal dari IG live biasanya to. Motif biasanya apa ya. Ya masih hal turun-temurun, tradisi kadang itu lo,” ujarnya.
Ia menambahkan, terkadang para pelajar yang pernah ikut tawuran itu hanya di ajak oleh oknum alumni.
“Justru malah yang ngajak (tawuran) itu alumni yang tidak bertanggung jawab itu sering yang mensponsori malah alumni yang enggak jelas itu,” bebernya.
Sementara Kapolsek Semarang Selatan, Kompol Indra Jaya Syafputra mengungkapkan bahwa para oknum pelajar yang pernah terlibat tawuran di wilayah Semarang Selatan lantaran diajak oleh oknum alumni yang tidak bertanggung jawab.
“Dari hasil informasi anak-anak yang diamankan mereka hanya ikut-ikutan saja, diajak teman senior atau (oknum) alumni,” tutupnya.
Saling Ejak Cewek
Berdasar pengakuan Suryo (nama samaran) hanya bisa tersenyum kecil. Pasalnya ia pernah menjadi pelaku tawuran dan sudah beberapa kali diamankan pihak aparat. Tawuran antar sekolah ini dipicu masalah sepele yakni karena saling ejek.
“Itu masa lalu. Sebenarnya tidak ada masalah yang berat. Cuma ingin kelihatan sangar saja. Kadang hanya karena saling ejek, rebutan cewek, dan pengen ditakuti sekolah lain,” ujarnya.
Saat itu dirinya tergolong siswa yang mudah terpancing emosinya. Bahkan ia pernah mengajak gurunya sendiri untuk bertengkar hanya karena tidak suka dinasihati.
Tak hanya tawuran dan bertengkar dengan orang lain, Suryo juga kerap melakukan hal-hal yang tidak banyak dilakukan remaja sebayanya. Seperti merokok, mabuk, konsumsi narkoba, dan lainnya. Dia juga menyesali semua itu. Kini Suryo setelah lulus SMA kemudian bekerja di jasa ekspedisi.
Divonis Pengadilan
Kasus tawuran juga sampai ke Pengadilan Negeri. Bahkan sejumlah kasus tawuran telah diputus majelis hakim. Humas Pengadilan Negeri Semarang, Kukuh Subiyakto mengatakan vonis tersebut dijatuhkan terhadap sejumlah pelaku baik itu telah dewasa maupun anak-anak.
Pelaku divonis 2 tahun dan dihukum di Lapas Anak. Korban mengalami luka bacok di kepala. Barang bukti berupa celurit. Pelaku anak divonis 2 tahun dan ditempatkan di Lapas Anak. Sementara pelaku dewasa divonis di atas 4 tahun.
“Untuk pelaku anak dikenakan hukuman setengah dari pelaku dewasa,” ujarnya.
sumber : TribunJateng.com
#Polda Jateng, #Jateng, #Jawa Tengah, #Humas Polri, #Polrestabes Semarang, #Polres Rembang, #Polres Demak, #Polres Banjarnegara, #Polres Semarang, #Polres Batang, #Polres Pati, #Polda Jateng, #Polda Kalbar, #Polda Bengkulu, #Bengkulu, #Pemkab Banjarnegara, #Kabupaten Banjarnegara, #Banjarnegara, #Polres Mempawah, #Polres Sintang, #AKBP Tommy Ferdian, #Hendri Yulianto, #Budi Adhy Buono, #Irwan Anwar, #Dandy Ario Yustiawan, #AKBP Fauzan Sukmawansyah, #Iqbal Alqudusi
Ikuti berita terkini di Google News, klik di sini.